Ingkung Pak Budi
Ayam ingkung adalah santapan khas Jawa yang syarat akan makna filosofi. Konon kuliner ini wajib disertakan dalam ritual-ritual adat orang Jawa.
Ayam ingkung sudah turun temurun dimasak dan dinikmati oleh masyarakat Jawa. Bahkan kini tidak perlu menunggu upacara ritual untuk menikmati sajian ayam dengan bumbu rempah tersebut.
Di sentra kuliner ayam ingkung, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, Bantul terdapat sebuah warung ingkung yang spesial. Semua masakan yang disediakan dimasak oleh seorang koki jebolan hotel berbintang di Jogja.
Seperti nama warungnya, ayam ingkung dimasak oleh Pak Budi. Setelah menjadi koki hotel selama 29 tahun, di masa pensiun pria ini kemudian menggeluti usaha kuliner ayam ingkung.
Mulai dari pemilihan ayam, bumbu, hingga teknik memasaknya.
Ayam kampung yang dipotong, menurut Herda dipastikan ayam yang sehat. Setelah dibersihkan, lalu direbus dengan bumbu spesial berupa rempah-rempah.
Direbus dengan durasi tertentu sehingga daging empuk tetapi tidak merusak citarasa daging ayam kampung. Sebelum disajikan, ayam ingkung yang telah matang ditiriskan untuk mengurangi kadar airnya.
Paling banyak dikatakan Herda, ayam ingkung dipesan dan dinikmati oleh pengunjung dengan nasi uduk. Meski begitu pihaknya menyediakan nasi liwet biasa untuk tamu yang tidak cocok dengan nasi gurih.
Mi Ayam Bu Tumini
Di tengah keanekaragaman kuliner yang dapat ditemukan di seluruh Jogjakarta, Mie Ayam Bu Tumini telah muncul sebagai salah satu tujuan kuliner yang paling dicari oleh pecinta mie ayam.
Tidak seperti mie ayam pada umumnya, apa yang membuat Mie Ayam Bu Tumini istimewa adalah cita rasa manis yang memikat selera dengan porsi yang jumbo.
Apa yang membuat Mie Ayam Bu Tumini begitu istimewa, yakni ada rasa manis khasnya yang unik.
Kuah kaldu ayam yang kental berwarna kecoklatan dipadukan dengan mie lembut dan potongan daging ayam yang empuk adalah paduan yang memanjakan lidah.
Yang lebih asyik lagi, harga yang ditawarkan sangat terjangkau yakni dalam satu porsi mie ayam cukup membayar Rp 11.000, mie ayam Jumbo Rp 15.000, mie ayam ceker Rp 15.000 dan ekstra sawi ayam hanya Rp 8.000.
Warung mie ayam yang utama terletak di Jalan Imogiri Timur No. 187, Umbul Harjo, Jogja tepatnya di sebelah utara pintu masuk Terminal Giwangan.
Tak hanya di Jalan Imogiri saja, Mie Ayam Bu Tumini juga memiliki 3 cabang lainnya yakni di cabang Mie Ayam Tumini Junior di Tridadi, Sleman.
Lalu Mie Ayam Bu Tumini 2 yang terletak di satu kilometer selatan cabang pertama. Terakhir, cabang lain Mie Ayam Bu Tumini 2 di Maguwoharjo.
Banyaknya cabang dari Mie Ayam Bu Tumini ini adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa makanan yang disajikan di tempat tersebut memang sangat enak dan memikat banyak orang dan telah berhasil memenangkan hati para pelanggan mereka.
Dengan rasa manis khas yang memikat selera, Mie Ayam Bu Tumini telah membuktikan diri sebagai salah satu destinasi kuliner yang wajib dikunjungi di Yogyakarta.
Jadi, jika anda mencari pengalaman kuliner yang memanjakan lidah dan ingin merasakan rasa khas manis yang tak terlupakan, Mie Ayam Bu Tumini adalah tempat yang harus anda kunjungi di Jogjakarta.
Angkringan Yogyakarta
Kuliner di Angkringan Yogyakarta jangan sampai di lewatkan, kita menikmati teh hangat, nasi kucing teri, sate usus, telur puyuh khas Angkringan Yogyakarta, diiringi canda ringan ramah pedagang angkringan.
Liburan ke Yogyakarta rasanya tidak lengkap jika belum mampir ke angkringan. Inilah salah satu wisata kuliner yang melegenda. Angkringan Yogya selalu dirindukan.
Berdasarkan info dari Jurnal Strategi Survival Pedagang Angkringan, angkringan masuk ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak tahun 1950 dan masih berkembang hingga saat ini.
Di angkringan Jogja, ada banyak sekali jajanan kaki lima. Tak hanya jumlahnya yang beragam, tapi harganya juga ramah di kantong.
Saat berkunjungan ke angkringan Yogya, Moms pasti akan merasakan suasana yang berbeda. Kental dengan suasana yang ramah khas Yogyakarta. Apabila Moms pernah ke Yogyakarta dan lama tidak berkunjung ke sana, pasti akan rindu dengan suasana makan di angkringan Jogja.
Makna Angkringan
Dilansir dari Tale Travels, angkringan berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata “Angkring” yang berarti duduk. Dahulu angkringan ini berbentuk kereta dorong kayu dimana pengunjung bisa duduk di kedua sisinya. Di bagian tengahnya disajikan makanan.
Kereta dorong ini bisa menampung kurang lebih sebanyak 8 orang. Orang-orang yang berkunjung di angkringan rata-rata orang yang berada di kelas bawah. Penghasilan mereka di bawah rata-rata. Harga makanan angkringan Jogja inilah yang bisa mereka jangkau.
Berbeda dengan sekarang, angkringan Jogja tak hanya digemari masyarakat kelas bawah. Tapi seluruh lapisan masyarakat dari bawah hingga atas menyukai sajian kuliner di angkringan.
Tak hanya sekedar makan, mereka yang datang ingin menikmati suasana, bercengkrama maupun berbincang dengan sahabat maupun keluarga. Seiring berjalannya waktu, kereta dorong ini pun semakin ditinggalkan. Kini, makanan disajikan di atas meja besar.